Once a bully always a bully

Bully alias penindas (bener bukan ini sebutan bahasa Indonesianya?) sudah ada sejak jaman saya sekolah dulu, tapi dulu belum ada ada istilah ini.
Dulu (saya nggak tau masih ada atau tidak sekarang) malah resmi ada acara bullying di tahun ajaran baru dengan nama ospek alias gojlokan. Acara yang dari dulu sampai sekarang saya tidak tahu apa kegunaannya selain untuk memberangus calon siswa dari awal. Mungkin supaya semua manut sama gurunya, maklum jaman dulu kan kita tidak boleh beropini.

Saya ingat betul hari pertama masuk SMA (jaman dulu SMU namanya SMA dik :P) memakai seragam, rambut dikucir, kemudian dapat grup yg dibina oleh dua kakak kelas. Selama seminggu kami mendapatkan tugas yang bahkan untuk saya saat itu absurd sekali, mengumpulkan tanda tangan dari kakak kelas lah, para penonton yang nonton gojolokan dari pagar lah….mungkin maksudnya untuk membina mental agar berani. Tapi yang saya rasakan saat itu hanyalah kegembiraan kakak kelas bisa mempermalukan adik-adik kelasnya.

Tentunya pengalaman saya ini bukan hal baru di Indonesia. Dan juga tentunya bukan saya satu-satunya adik kelas yang ditindas di sekolah, bahkan ada teman yang sering ditamparin oleh kakak kelas, kalau saya sekedar dimaki-maki saja. Saya perhatikan, penindasan tersebut sudah berakar dan turun temurun. Saya untungnya bisa mengakhiri penindasan ini di saya, tapi saya lihat beberapa teman meneruskan tradisi tersebut dengan menindas adik kelas dan juga teman-teman yang lebih lemah. Oya saya lupa cerita bahwa saya dulu sekolah di sekolah yang isinya perempuan semua.
Kenapa saya menulis tentang ini adalah karena sekarang, belasan tahun kemudian…saya bertemu lagi dengan beberapa teman lama tersebut dan ternyata tidak banyak perubahan yang terjadi. Sifat bullying ini masih saja ada. Bedanya karena kami tidak lagi tinggal di satu kota, bullying ini dilakukan online alias cyber bullying. Saya sih tertawa saja membaca bullying online ini, tapi ada beberapa teman yang betul-betul sedih ditindas ramai-ramai, walaupun online.
Masa anak-anak dan remaja adalah masa-masa pembentukan karakter dan apabila di masa tersebut anak atau remaja tersebut menjadi seorang penindas, saya yakin karakter tersebut tidak bisa hilang dari dalam dirinya. Maka itu saya bilang sekali penindas selalu penindas, once a bully always a bully.

Bagaimana menurutmu?

No Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.